Ingin Cerita : Nanan

1. Nanan

Hanya sekedar cerita pertemanan 
Dalam keramaian kami bertemu 
Aku tak mencari
Tak ada niat untuk dicari


ini hanya sekedar cerita yang ingin aku ceritakan, alurnya acak, agak baku dan kaku bahasanya dan ada beberapa bahasa sunda. 

Aku sering merasa iri karena ketika berteman sudah dekat lalu ia bermain dengan teman-temannya yang lain.. aku merasa sedih dan sekalinya ia fokus dengan kehidupannya, aku merasa terabaikan. Memang terkesan egois, ketika memiliki teman dekat tetapi ia mementingkan orang lain selain aku.. aku kesepian. Ternyata aku memang egois.
"Ceu, aku cantik gak?" sambil pamerin baju baru aku ke dia,
"Da kamu mah emang cantik iih, bosen aku teh dengernya" dengan aksen sunda dan ekspresinya yang berlebihan sambil menyubit pipi kanan ku.
"Ceu, aku numpang sholat magrib disini yah? Abis itu aku pulang" aku mengambil air wudhu di kamar mandi kosannya,
"Aku mah moal nganter kamu da" ia bercermin sambil memoles bibirnya dengan warna lipstik terracotta kesukaannya,
"Siapa juga yang mau dianter sama eceu, ih!" aku memakai mukena lalu aku memulai sholat magrib.


Setelah selesai, dia meminta pendapatku untuk memilih mana parfum yang akan dia bawa, karena ia akan berangkat kerja. Oh iya, dia juga mengoleksi parfum bibit, kadang aku minta  juga ke dia. Kita sering dandan-dandanan bareng, belanja make up bareng dan suka liatin cowok ganteng bareng, pokoknya deket banget, teman-temannya pun kadang mengira kita itu adik dan kakak. 

Hidangan wajib kalau main bareng sama Nanan itu jajanan yang ada di Mang Bajigur langganan kita. Kalau bisa dibilang beliau itu orang yang bijak dan suka menasehati kita berdua khususnya Nanan. Kebetulan waktu itu aku pulang lebih awal, iseng main ke kosannya sambil bawa bajigur, kacang rebus, ubi rebus, combro dan misro kesukaannya karena aku ingat dia gak ada jadwal kerja,
"Neng Bella, beli buat Si Eceu nya?" tanya Mang Acep sambil membungkuskan pesanan ku,
"Iya dong mang, tadi ngelewat kosannya ga?" 
"Aya da neng, lampu kamar na nyala" langsung aku membayar dan berjalan menuju kosannya
"Nuhun Mang!"
Dan aku diam membeku ketika melihat pintu kosannya terbuka lebar, dia gak biasanya seperti itu. Aku langsung lari dari gerbang kosan ke kamarnya.
"KENAPA IIH?!" melihat dia meringkuk di atas kasurnya tapi dia gak mau jawab apa-apa,
"Bentar, aku buka sepatu dulu" ucapku,
"Ceu nan, kunaon sih?!" aku pegang pundaknya dan melihat Nanan menangis terisak-isak membuat hati ku sakit..
Sebenarnya ada apa dengannya?
Aku bingung harus berbuat apa.. melihat Nanan menangis seperti membuat hati aku sakit.. Sebenarnya dia kenapa?
Lalu dia memeluk ku erat, pundak ku basah dihujani air matanya.
Dalam kebingungan dan pelukannya, yang aku bisa lakukan hanya mengelus kepalanya.
Ia masih tidak mau menceritakannya. 
Setelah setengah jam menangis, akhirnya dia berhenti dan melepaskan pelukannya. Dia menatap ku diam dengan kedua matanya yang sembab dan mascaranya yang luntur.

“Ceu, aku bersihin ya make up nya.. oiya, sekalian atuh nya ieu dimakan” Dia hanya terdiam saat aku bersihkan wajahnya sambil menutup kedua matanya dan memakan makanan yang ku bawa. 
Gak tau kenapa, sangat perih melihatnya seperti ini.. Mata ku berkaca-kaca saat membersihkan wajahnya tapi aku tahan. Bukan kali ini saja aku melihat dia menangis, dia pun sama.. Mungkin dia sudah bosan melihat ku menangis karena laki-laki yang aku sukai di sekolah. Aku pun ikut sedih kalau teman dekat ku seperti ini..

Terkadang, aku merasa bosan dan marah ketika terlalu banyak kepedihan yang ia perlihatkan kepada ku karena aku tidak bisa menjadi penyembuh lukanya dan tidak bisa menjadi penenang ombak kesedihannya.

Dengan tiba-tiba aku mencabut bulu mata palsunya,
“Ai maneh! Iih nyeuri nyahooo! Edan sia mah!” Aku hanya tertawa dengan melihat ekspresinya dan suasana akhirnya mencair juga.

Setiap aku membantunya dandan dan membersihkan wajahnya dari make up, hati ku berdebar-debar.. Selalu seperti itu, mataku berbinar-binar melihat wajahnya tanpa dan dengan riasan karena keahlian ia merias diri itu seperti MUA terkadang aku pun iri. Dia langsung senang ketika aku memamerkan apa isi kresek hitam yang aku bawa.. Ah.. Senyumannya.. Aku lega kalau dia mulai merasa lebih baik.
Menghanyutkan
Terkadang aku berpikiran untuk rela hanyut ke dalam senyumannya itu.
Aku pun pamit pulang setelah mencoba untuk menghibur hatinya. Dia belum mau cerita apa yang sebenarnya terjadi karena aku tidak mau memaksanya untuk bercerita sekarang.. Aku rasa.. Ia menangis dikarenakan hal yang tidak sepele.
Aku berjalan keluar gang sambil menangis, untungnya gangnya sepi. Rambut ku yang berantakan dan mata sembab aku menunggu angkot datang di pinggir jalan.. Lalu tak lupa aku berdo’a untuknya.

Aku tak tau apa isi hatinya yang membuat dia menangis seperti itu.. Dan berdo’a agar kesedihannya berkurang dan agar ia dijauhkan dari orang-orang yang berniat buruk kepadanya.

Di dalam angkot, pikiran ku mengingat hal yang paling membuat ku panik ketika ia demam tinggi. Aku ke kosannya gedor-gedor pintu karena ia tak keluar dari kamarnya selama 2 hari dan membawanya ke IGD, rela pulang sekolah langsung bawa makanan dan selalu membayangkan kalau dia adalah kakak kandung ku.
Aku menghela nafas sambil melihat ke arah luar jendela angkot..
"Astagfirullah.."

Aku selalu senang ketika ia menyebrangkan aku dan selalu memegang tangan ku, aku merasa dilindungi. Selalu heboh kalau nonton acara gosip di tv, hunting barang diskon, pokoknya rame aja kalau udah berdua selalu berisik dan.. Keceriaan itu yang aku rindukan.

Aku memang takut pada dunianya tetapi aku tak pernah benci sedikitpun kepadanya karena berteman tidak memandang siapapun dia, ternyata dunia ini beragam-ragam jenis manusianya. Dengan dunianya yang seperti itu, kekhawatiran aku akan ku ceritakan kepada Sang Pencipta agar hati ku tenang dan tak lupa menyisipkan namanya ke dalam setiap do’a ku.




Pada suatu malam, aku diajak ke suatu acara bersamanya dan mumpung weekend juga kan. Mumpung jomblo juga mending ulin jeung babaturan. Tapi.. perasaan kesal ini meluap-luap dan tak tertahankanl, melihatnya bersama orang lain yang terlihat lebih seru dari aku membuat ku kesal. Kenapa dia memilih mereka daripada aku yang selalu ada saat dia butuh? Untuk apa aku diajak ke sini tapi akhirnya aku hanya terdiam atau mungkin didiamkan?
Aku hanya bisa memasang senyum palsu dihadapannya yang sedang bergandengan mesra dengan pacarnya dan teman-temannya. Ya.. Seperti biasa aku dianggap adik olehnya atau mungkin asisten atau kambing congek, tapi aku tetap senang melihatnya tertawa lepas dan berceloteh dengan teman-temannya walau ada sebelnya juga.

Setelah acara usai, dia menarikku ke tempat yang agak sepi
“Aku mah tau kamu pasang senyum palsu” ucapnya melihat ke arah ku dan aku hanya menunduk kaget tapi terdiam 
“Apa da engga..” Ku kecilkan suara ku,
“Sok kamu gak akan dianter pulang kalo gak cerita, diladenan lamun hayang nginep disini mah” suaranya agak meninggi yang membuatku takut untuk membukakan mulut ku untuk berbicara. 

Aku hanya merunduk, tatapannya mengawasiku terus dan memberatkan kedua mata ku yang sudah terbendung air mata.
Dan meluap.
Dia segera mematikan rokoknya dan aku menangis di pelukannya.

Begini rasanya memendam perasaan.

“Aku pengen kamu bareng terus sama ku, bukan sama orang lain. Aku memang egois, sedangkan kamu punya dunia kamu sendiri, aku ingin main sama Nanan terus, tapi apa hakku untuk menuntut? Aku harus kuat, aku harus tau diri.. Tapi kenapa gak bisa?” Monolog yang terjadi di dalam pikiran ku yang membuat air mataku yang mengalir terus menerus. 
(Ababil banget sih sebenernya)

“Sini liat Nanan” ucapnya meminta ku untuk menatapnya, dengan air mata yang masih ada,
“Cowok itu ngapain kamu lagi?” suaranya menenangkan ku,
“Dia udah punya pacar, aku gak tau harus ngapain..” sambil mengusap air mata ku, dia tampak bingung untuk berbicara,
“Kunaon sih kudu mewek sagala?” 
“Soalnya.. Aku berharap dia juga suka sama aku”
“Gak gitu caranya, untuk mencintai seseorang kita gak boleh egois. Dan berharap terlalu tinggi juga ujung-ujungnya nyakitin kan?”
“Jadi aku gak boleh berharap ke dia?”
“Boleh aja, kamu mau suka sama siapapun gak ada yang ngelarang. Tapi ada di satu sisi dimana kamu gak bisa menguasai seseorang atas kemauan kamu itu, menuntut orang untuk ngikutin apa yang kamu mau bukan hal yang baik” seketika aku diam
“Nanan mau nanya deh, kamu suka sama dia gara-gara apa sih? Seganteng naon sih dia teh sampe kamu suka gitu?” Mulai ia cerewet,
“Da suka aja..” 
“Tuh kan.. Maneh mah suka sama dia teh ngan kasep hungkul pan? Padahal mah goreng patut kitu. Atuh cari nu rada bener saeutik!” ia terus berceramah tetang keadaan ku sekarang.
Ia menganggap bahwa aku menangis karena cowok satu sekolah yang aku pernah ceritakan, padahal itu tentangnya. Lalu kami pulang dan aku diantar pulang olehnya.

Aku terdiam, ketika suatu hari aku melihat sebuah foto jatuh di bawah lemari kaca riasnya. Ia tampak gagah dan tentu tampan paripurna dengan berewok juga kumisnya, pokoknya tipe aku banget. Entah foto siapa itu, aku langsung diam-diam mencuri foto ukuran A6 itu. 
“Ker naon hey?!” Dia mengejutkan ku dengan teriaknya dari belakang dan langsung aku pura-pura mencari handphone ku di dalam tas ku untuk memasukkan fotonya.
“Mana hape aku? Liat ga?” pura-pura panik,
“Ih ieu naon?! Makannya nyari teh pake panon jeng lengeun!” Ia menunjuk-nunjuk handphone ku yang tergeletak di atas tempat tidurnya dan mulai mengomel. 

Akhir-akhir ini kami jarang bertemu.. Setiap jam istirahat memandangi foto aa berewokan itu dan aku pun berimajinasi sampai tak merasa lapar. Nanan memang tidak bisa dihubungi kalau sedang sibuk dengan dunia juga pekerjaannya dan itu adalah hal yang wajar menurut ku, waktu berlalu dan aku pun mulai masuk kuliah, tak terasa kami berteman sampai detik ini.

Aku masih ingat.. Hari Senin pagi ia mengabari ku untuk mengambil jaket ku yang tertinggal di kosannya namun ia meminta untuk bertemu. Aku seharian memikirkan kenapa ia mengajak ku untuk bertemu hanya sekedar mengembalikan jaket ku tapi tiba-tiba ia menelpon ku untuk datang ke kosannya saja.
Sehabis pulang dari sekolah, aku bergegas ke sana.

Aku melihatnya berdiri seperti menunggu seseorang, ah pastinya aku lah yang ia tunggu-tunggu,
“NANAAAAAN!!” aku berlari dan langsung memeluknya erat,
“Aduuuh meuni rewas urang teh!” tawanya menyembuhkan rasa rindu ini,
“Bade kamana atuh eceu?” Sambil ia menyerahkan jaket ku yang harum pewangi pakaian,
“Bella, iih apal teu siih? Si Papap tuh ngajak serius!” nada suaranya sangat excited, (Papap adalah panggilan sayang Nanan ke pacarnya)
“Jadi Eceu ga akan disini lagi atuh?” tanya ku
dia terdiam malu dan aku sudah tau jawabannya.

Lalu..
Ia mengajak ku untuk ikut untuk mengantarnya. Di dalam mobil Go-Car aku banyak diam dan berpura-pura bahagia di hadapannya, aku lihat ia sangat senang dan bahagia bagaimana ia menceritakan kenapa Papap mengajak untuk tinggal bersamanya. Rasa diri ini untuk bilang yang sejujurnya makin menggebu-gebu, aku lemas dan keringat dingin.
“Bella seneng sekarang Eceu udah bahagia sama Papap, semoga Papap bisa bahagiain terus Eceu..” Aku tetap menangis sampai terbata-bata berbicara sambil memegang kedua tangan ku erat dan matanya pun berkaca-kaca,
“Bella.. Ga mau liat Eceu nangis lagi gara-gara disakitin cowok jahat..” 
“Hatur nuhun pisannya Bella ku, anu bageur, anu sok bawakeun misro jeung hui.. Anu sok mewek wae gara-gara si eta. Selama ini udah mau temenan sama Eceu Nanan yang gak sempurna ini..” Tangisan ku semakin parah mendengar itu ia pun juga menangis,
“Nanan sempurna ko di mata Bella…” luapan perasaan ku sudah di ujung lidah lalu dari ujung mata ku.. Papap berjalan menghampiri kami yang dibanjiri oleh air mata perpisahan.

Aku merasa makin sesak dan sakit saat bernafas
Aku melihat ekspresinya saat aku memanggil nama aslinya dan ia kaget mendengar nama ya,
Dia memeluk ku
Sangat erat
Ia diam
Ia menghela nafas panjang
“Bella sayang Dhananjaya” 
Aku terus mengulangi kalimat itu
Aku sudah tak peduli orang-orang melihat ku menangis berpelukan di pinggir jalan
“Bella.. Nanti Nanan juga pulang lagi ko” aku langsung melepaskan pelukannya dan menatapnya dengan mata ku yang sangat sembab,
“Ulah mewek deui ah, era ngke ditingalikeun ku warga. Ges mah maneh make acuk sakola” senyuman paling tampan yang ia berikan kepada ku,
Ia pun berjalan menuju bandara dan melambaikan tangannya ke arah ku.
Aku hanya melambaikan tangan ku dan berjalan menuju Go-Car yang dari tadi sudah menunggu.


Begitu lamanya aku menyimpan perasaan ini, semoga ini keliru dan benar apa kata mu. Aku tak bisa menuntut kamu untuk menyukai ku tetapi aku ingin ada disetiap jalan cerita hidupmu dan ingatan mu.
Dan ternyata, do’a ku dikabulkan.. Aku berdo’a agar kesedihan mu berkurang.
Kenapa hati ini menyesal melihat mu benar-benar bahagia bersama orang lain?
Kenapa aku menyesal telah mendo’akan mu agar kau bahagia?
Kenapa aku sangat tidak tau diri?
Di mata ku.. Kamu lelaki sempurna, kamu utuh.

Ini memang klisé, perjalanannya bukan hal yang mudah. Memang ia sangat bertentangan dengan apa yang aku percayai tapi aku tidak membencinya karena ia mencintai yang sama sepertinya, aku menyukainya karena dirinya itu saja. Dia tetap manusia, dia membuka cara pandang ku tentang orang-orang yang memilih untuk seperti itu.




bella & dhananjaya 

Comments