Tersipu-sipu
ini cerita asli yaa.. bukan april fools :D
Aku
tak memikirkan dua kali untuk mengambil suatu gerakan atau tindakan, seakan aku
melepaskan gembok jeruji ini agar diriku sebenarnya bisa merasakan liburan dan membuka
mata juga hati disana. Aku benar-benar nabil yang sebenarnya disana.. bukan
yang harus sembunyi dibalik tembok dan duduk termangu merasa lidah hatiku
hambar merasakan apapun.
Aku
langsung berjalan menuju tebing dan ingin terjun langsung ke laut lepas karena
aku tak tau akan merasakan ini kedua kalinya nanti di masa depan. Saat melihat kearah bawah.. ada rasa takut.. dan aku bilang ke diri ku sendiri
“rasa takut
ini ada.. wajar.. tapi gak boleh kamu buat-buat dan akhirnya turun dari tangga
ini tanpa merasakan bagaimana terjun ke lautan”
Sambil
melihat kesekitar, ibu-ibu disampingku sudah terjun duluan
Aku
mempersilahkan bapak-bapak yang hendak meloncat
Tinggalah
aku sendiri diatas sana. . .
Orang-orang
menyemangatiku dari bawah ada beberapa perahu disana seakan memujaku jika ku
terjun dari tebing ini
Takut
senang dan bingung
Lalu
ada 4 pemuda lak-laki yang satu rombongan dengan ku tetapi beda bus, dua
laki-laki yang kakak beradik sudah terjun bersama, tinggalah aku dengan 1
pemuda ini. Aku tak memikirkan apapun selain ingin terjun atau tidak.
Tiba-tiba
dia memegang pergelangan tangan ku. . .
Ia
tak lama melakukannya dan ia langsung lepaskan lagi tetapi pada saat itu aku
tak memikirkan hal itu yang aku pikirkan hanya.. apakah aku akan terjun atau
tidak
“Hayu,
cepet loncat” ucapnya
“Iya
bentar..” sambil melihat pemandangan diatas sana.. luas… semua kulihat air biru
tua dan dihiasi pulau dan hijaunya pepohonan yang menghiasinya..
Saat
itu aku hanya ingin Sang Pencipta ku melindungi ku. Itu saja
-
-
Seperti
tidak sadar sama sekali..
Seketika
Pandangan
aku berubah menjadi biru tua
Dan
aku merasakan
nyeuri dibagian bujur. . .
Dan
celana
dalam ku
sepertinya
nyelip…
Langsung
tubuhku naik ke permukaan air
Ini
memunculkan senyuman di wajah ku, lalu dengan sigap bapak-bapak yang berada
disitu memberi pelampung agar aku langsung berenang dan naik ke perahu. Setelah
itu… aku menemukan pesan moral yang langsung terjadi begitu cepat ini
Over come fears, face it, and you know the answer. Let God
help and protect you with His way
Dan
ini bener, aku selalu takut menghadapi apapun terlalu banyak mempredikisi ini itu,
terlalu membaca pertanda yang sebenarnnya akupun gak tau akan terjadi atau
enggak. Semua ini seperti cara Sang Pencipta berkomunikasi dengan ku yang selalu
menganggap diri ini hilang arah dan tak berkawan… aku merasa bercermin dan
menyelam jauh kedalam diriku yang jarang menerima biasan cahaya matahari.
Saat
hari terakhir sampai perjalanan pulang kembali ke Bandung, pikiran ini
mengulang bagaimana ia melihat ku dari jarak dekat dan memegang pergelangan
tangan ku. Aku tak tau ia sengaja atau tidak, hati ini hanya merasa
tersipu-sipu karena hal yang sangat kecil ini tetapi aku tidak memperbolehkan
perasaan ini naik kearah yang lebih mendebar-debarkan jantung dan sampai menyukai
lelaki itu, aku pun tak tau berapa umurnya kemungkinan ia lebih muda dari ku
atau memang seumuran.
Pada saat itu yang aku inginkan menikmati apa yang Sang Pencipta buatkan untuk umatnya dan aku berusaha agar tidak terbawa arus perasaan yang labil ini. Aku tak suka dengan perasaan yang sementara lalu hilang karena aku tak mau sesuatu yang sementara ini malah menjadi luka yang berkepanjangan.
Sebenarnya
itu mudah, hanya diriku saja yang melebih-lebihkannya. Dan ada lelaki juga yang
aku terus bertanya-tanya kenapa ia pendiam, aku merasa ia lebih tua dari ku,
atau seumuran? Rasa segan terhadapnya ada, itulah mengapa aku tak pernah mengobrol
dengannya selama 3 hari walau satu bus dengan ku hanya saling senyum.
Pikiran
ku sudah tertutup, rasa hambar datang ketika aku tak bersama orang-orang yang
senang akan leluconku, hati menginginkan menjadi yang paling terbaik tetapi
raga enggan bertindak.. setelah apa yang terjadi pada pengalaman terkurung dalam
penjara dan siksaan saat aku kuliah dulu.
Aku
tak pernah ambil pusing jika orang membuat lelucon tentang diriku, aku bukan
aku waktu SMA yang selalu membenci diri dan merasa semua membenci. Aku senang
jika diriku bisa menjadi sinar kecil yang menyinari hari seseorang mau pun itu
teman atau saudara atau orang yang tak pernah kenal sekalipun, karena
aku menerima diri, bersyukur dan karena aku bagian dari karya seni Sang
Pencipta.
Ini
pesan diriku untuk diriku..
“Hati
boleh tersipu-sipu tapi jangan biarkan itu terbang, lupa caranya turun ke daratan dan menjatuhkan mu tiba-tiba,
tetap kontrol emosi. Santai dan nikmati rasa senang, sedih, marah, bahagia,
kecewa karena itu semua hiasan atau variasi cerita hidup, harus bisa membiasakan diri untuk mudah meredam
rasa kesal, sedih atau kecewa. Rasa hambar pada hati ini akan cerita hidupku
lumayan berkurang, sedikit.. masih banyak pintu yang harus ku buka dengan
tangan, mata, pikiran dan jiwa ku sendiri”
Seumur hidup baru dia satu-satunya yang megang tangan aku
-
-
seakan . .
telah terbiasa menghadapi perasaan sementara yang aku pun sudah tau akan segera hilang
telah terbiasa tidak menggantungkan harapan pada hal tersebut
dan aku akan selalu meminta
semoga perasaan ini menguap dan menjadi awan kelabu menurunkan hujan dan mendinginkan hati ini kembali.
dan aku bisa.
Seumur hidup baru dia satu-satunya yang megang tangan aku
-
-
seakan . .
telah terbiasa menghadapi perasaan sementara yang aku pun sudah tau akan segera hilang
telah terbiasa tidak menggantungkan harapan pada hal tersebut
dan aku akan selalu meminta
semoga perasaan ini menguap dan menjadi awan kelabu menurunkan hujan dan mendinginkan hati ini kembali.
dan aku bisa.
nb : postingan tentang liburan ke Padang lagi proses yaa :) tunggu aja apdetannya :))
Comments