Perempuan Satir

"Dia itu perempuan satir, hati-hati aja"
Kalimat yang sampai sekarang membekas dibenak ku, namun aku pun meng "iya" kan kalimat itu.

Ah, aku rasa sudah rela dihujat atas keburukan ku yang dirasa memang merugikan orang lain dan diri sendiri. Seringnya, aku melakukan kecerobohan lalu ku ubah menjadi "ketidak sengajaan" karena aku selalu memperlihatkan kegoblokan yang tulus, semoga hanya aku yang mempraktikkan hal itu. Kalaupun ada yang risih dengan keberadaan ku, aku akan mendukung orang itu karena aku pun sama, risih dengan keberadaan ku sendiri.

"Dia gak usah dianggap serius" Ujarnya yang ku benarkan
Mengapa? Sepertinya itu menempel kemana pun aku pergi
Aku hadir pun adalah sebuah lelucon
Yang paling lucu adalah masih ada orang-orang yang mengajak ku untuk berdiskusi persoalan serius.
Mungkin mereka bodoh, mau melibatkan badut dalam perkumpulan orang berlogika.
Mungkin aku tolol, mau menuruti apa kata mereka.

Masa bangkit adalah pil pahit,
Hobi menghardik diri sendiri sudah mengakar
Salah satu sifat virus ada pada ku
"Tidak pernah stabil"

"Dia pintar tapi malesnya bukan main"
Aku meng"iya"kan kalimat itu, karena itu memang diri ku
Aku tertawa jahil ketika orang lain sadar akan keburukan ku
Apa lagi sampai menyudutkan
Apa lagi sampai tidak berkaca

"Dia perempuan yang suka sarkas, hati-hati"
Masih ku dengar kalimat itu dari orang yang baru mengenalku
Hampir sama dengan menghina ku tapi aku tetap meng "iya" kan kalimat itu karena
Aku setuju, karena menghina makhluk hina sama halnya seperti cahaya yang terpantul karena cermin.

"Dia perempuan yang jauh dari kebaikan"
Aku meng"iya"kan kalimat itu, karena itu memang diri ku

"Dia perempuan terkutuk, pantas saja tidak ada yang mau dengannya"
Aku meng"iya"kan kalimat itu, karena itu memang diri ku

"Dia perempuan yang tidak ideal bagi lelaki mana pun"
Aku meng"iya"kan kalimat itu, karena itu memang diri ku
Karena aku hadir bukan untuk menjadi pilihan
Karena aku hidup bukan hanya untuk memenuhi standar ideal siapapun
Karena aku yang selalu menjadi diri sendiri akan mati
Aku yang ingin melawan arus karena peradaban membebani ku dengan stigma akan mati


Biar bagaimana pun, aku tidak bisa mengikuti apa orang lain inginkan.
Biar bagaimana pun, aku tidak bisa sesuai dengan ekspektasi sosial.
Biar bagaimana pun, aku tidak bisa selalu idealis.
Biar bagaimana pun, aku tidak bisa bersuara atas apa adanya diriku.
Biar bagaimana pun, aku tidak bisa berhak atas tubuh ku sendiri.
Biar bagaimana pun, aku tidak pernah mencintai diri sendiri.

Aku perempuan satir terkutuk, pintar juga pemalas yang suka sarkas seperti badut dan bersifat seperti virus yang tidak akan pernah stabil.

Comments